Maksudnya, ukuran itu berlaku buat panjang atau pendeknya pipa dari manifold sebelum menekuk datar hingga ke silencer atawa muffler. Tapi, baiknya, jangan sembarang pilih. Baca dulu tulisan ini hingga selesai. Sebab, panjang dan pendeknya leher knalpot bisa mempengaruhi karakter power pacuan.
"Pilihan pipa, bisa juga disebabkan dari bentuk lubang exhaust mesin,” sebut Hardi, tunner tim Honda Kawahara Racing PCO Cycle. Misalnya, jika pacuan itu buat road race dan mengusung pacuan Honda Blade atau Supra X125.
Menurut pria yang akrab dipanggil Kampret ini, model exhaust (arah lubang buang) Honda cenderung punya sudut lebih ke depan atau mendekati roda depan. Maka itu, akan menjadi cocok jika mengaplikasi knalpot yang punya leher model panjang. Jadi, gas buang tidak langsung tertahan oleh benda di dekatnya.
Sebaliknya, jika pakai Yamaha Jupiter. Mungkin akan lebih cocok jika pakai leher model pendek. Itu karena model exhaustnya tegak atau lurus. “Untuk exhaust seperti ini, sebenarnya enggak masalah kalau mau pakai knalpot leher panjang atau pendek,” tambah Kampret.
Tapi, menurut tunner ramah ini, prinsipnya leher knalpot yang lebih panjang itu cocok buat main di putaran atas. Seakan bikin power band mesin jadi makin lebar. “Kalau yang pendek, lebih bermain di putaran bawah menengah. Karena seiring gas buang yang keluar lebih cepat,” timpalnya.
Pendapat yang sama juga diungkapkan Hasyim Sonedi, tunner tim AHRS. “Knalpot leher panjang membuat napas mesin juga lebih panjang. Selain itu, tipe knalpot ini cocok dipakai motor yang power mesinnya sudah besar,” timpal tunner ramah penggemar Holden ini.
Permainan leher knalpot, sebenarnya tak ubah moncong silencer. Kalau sobat perhatikan, ada knalpot yang silencer-nya memiliki ujung menekuk dengan tambahan pelat. Selain itu, ada juga yang tak mengaplikasi ujung silencer.
"Kalau ujung silencer model menekuk, cocok untuk yang butuh putaran atas. Top speed lebih jalan, karena ada gas buang yang bisa menahan gas buang agar tidak keluar langsung,” kata Kampret yang hidup di dua alam. Maksudnya di alam balap era 2-tak dan era 4-tak ini.
Nah, gas buang yang tertahan terus menciptakan tendangan balik. Sedang model lurus, pastinya cocok buat bermain di putaran bawah dong. Tetapi, menurut Kampret yang juga jago seting karburator, sebaiknya perhatikan volume silinder pacuan atau power juga.
Artinya, kalau untuk trek pendek dan power kecil, tak apa aplikasi model end muffler lurus. Karena bikin motor tak terlalu liar. Tapi, kalau sudah besar, baiknya andalkan model melengkung saja.
Jika diperhatikan, diameter pipa knalpot akan bertingkat hingga semakin besar menuju silencer. “Tetapi, diameter pipa enggak boleh lebih besar dari lubang exhaust. Jadi, gas buang tak langsung meluncur ke luar hingga tak timbulkan tendangan balik,” sebut Kampret.
Bahkan, karburator juga bisa dijadikan buat pilihan pipa. Seperti pacuan road race yang aplikasi karbu 24 mm cocok bermain di pipa 23,5 – 24 mm. Sedang karbu 28 mm, bisa bermain di 25 – 26 mm. Begitu juga kapasitas engine. Misal jika 150 – 200 cc, bisa pakai pipa 28 mm. Tapi, kalau kapasitas di atas itu, bisa 29 mm lebih.
No comments:
Post a Comment